Senin, 22 November 2010

BEWARE INDONESIAN RINGFIRE MOUNTAIN

Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus.

Lebih lanjut, istilah gunung api ini juga dipakai untuk menamai fenomena pembentukan ice volcanoes atau gunung api es dan mud volcanoes atau gunung api lumpur. Gunung api es biasa terjadi di daerah yang mempunyai musim dingin bersalju, sedangkangunung api lumpur dapat kita lihat di daerah Kuwu, Grobogan, Jawa Tengah yang populer sebagai Bledug Kuwu.

Gunung berapi terdapat di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung berapi yang paling dikenali adalah gunung berapi yang berada di sepanjang busur Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire). Busur Cincin Api Pasifik merupakan garis bergeseknya antara dualempengan tektonik.

Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung berapi yang aktif mungkin berubah menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum akhirnya menjadi tidak aktif atau mati. Bagaimanapun gunung berapi mampu istirahat dalam waktu 610 tahun sebelum berubah menjadi aktif kembali. Oleh itu, sulit untuk menentukan keadaan sebenarnya daripada suatu gunung berapi itu, apakah gunung berapi itu berada dalam keadaan istirahat atau telah mati.

Apabila gunung berapi meletus, magma yang terkandung di dalam kamar magmar di bawah gunung berapi meletus keluar sebagailahar atau lava. Selain daripada aliran lava, kehancuran oleh gunung berapi disebabkan melalui berbagai cara seperti berikut:

§ Aliran lava.

§ Letusan gunung berapi.

§ Aliran lumpur.

§ Abu.

§ Kebakaran hutan.

§ Gas beracun.

§ Gelombang tsunami.

§ Gempa bumi.

JENIS GUNUNG BERAPI DAN BENTUKNYA

a. Stratovolcano, Tersusun dari batuan hasil letusan dengan tipe letusan berubah-ubah sehingga dapat menghasilkan susunan yang berlapis-lapis dari beberapa jenis batuan, sehingga membentuk suatu kerucut besar (raksasa), kadang-kadang bentuknya tidak beraturan, karena letusan terjadi sudah beberapa ratus kali. Gunung Merapi merupakan jenis ini.

b. Perisai, Tersusun dari batuan aliran lava yang pada saat diendapkan masih cair, sehingga tidak sempat membentuk suatu kerucut yang tinggi (curam), bentuknya akan berlereng landai, dan susunannya terdiri dari batuan yang bersifat basaltik. Contoh bentuk gunung berapi ini terdapat di kepulauan Hawai.

c. Cinder Cone, Merupakan gunung berapi yang abu dan pecahan kecil batuan vulkanik menyebar di sekeliling gunung. Sebagian besar gunung jenis ini membentuk mangkuk di puncaknya. Jarang yang tingginya di atas 500 meter dari tanah di sekitarnya.

d. Kaldera, Gunung berapi jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat yang melempar ujung atas gunung sehingga membentuk cekungan. Gunung Bromo merupakan jenis ini.

Gunung api atau yang lebih lazim disebut gunung berapi adalah tonjolan yang memiliki ketinggian tertentu pada permukaan tanah/bumi dan masih aktif mengeluarkan letusan-letusan dan mengeluarkan material-material dari dalam bumi. Biasanya letusan gunung berapi juga disertai gempa bumi yang disebut gempa vulkanik. Gunung berapi dan letusannya sudah lama dikenal oleh manusia, ini ditandakan dengan penemuan fosil-fosil tumbuhan,hewan dan manusia yang terkubur oleh batu dan tanah dilereng-lereng gunung berapi yang pernah meletus pada jaman dahulu.


Letusan gunung berapi merupakan suatu gejala alam yang menakutkan dan sangatlah berbahaya bagi semua mahluk hidu yang berada dilereng gunung tersebut bahkan bagi mahluk hidup yang berada beberapa puluh kilo meter dari gunung tersebut. Dengan mengesampingkan bahaya dari letusannya, sebenarnya gunung berapi juga memberi manfaat yang banyak bagi manusia. Misalnya lahan-lahan pertanian disekitar gunung berapi tersebut dapat menjadi semakin subur akibat abu vulkanik dari letusan gunung tersebut. Selain itu areal disekitar gunung berapi juga memberikan pemandangan yang menakjubkan sebagai tempat berwisata, contohnya di gunung bromo.


Di Indonesia terdapat sekitar 129 buah gunung berapi yang masih aktif dan merentang sepanjang 700 KM mulai dari Aceh (Sumatra), Jawa, Sulawesi (bukit Barisan), Nusa Tenggara dan Maluku dengan luas daerah yang terancam terkena dampak letusan sekitar 16.670 Km
2. Penyebaran gunung berapi merata membentuk suatu sabuk gunung berapi yang penyebarannya terdapat:

· 30 buah di pulau Sumatra

· 35 buah terdapat di pulau Jawa

· 30 buah di Bali dan Nusa Tenggara

· 16 buah di Maluku

· dan 18 buah di Sulawesi



Letusan gunung berapi dapat menyapu pada radius 20 km disekitarnya, sedangkan abu yang dikelurkan dapat terbang hingga ratusan kilo meter searah tiupan angin. Letusan gunung berapi yang dapat mengancam kehidupan dari material yang dikeluarkannya antara lain :

1. Lava. Lava adalah batuan cair karena suhu yang sangat tinggi (sekitar 1.200 0C) dan mengalir melalui lereng dan dapat mencapai jarak beberapa kilometer dari kawah gunung. Semua benda yang dilalui aliran lava ini dapat hancur, dan aliran lava ini sendiri juga dapat menimbulkan awan panas disertai gas beracun yang mematikan.

2. Bom gunung api. Bom gunung api adalah material padat atau semi padat dan panas yang berdiameter antara 10 hingga 300 cm yang terlontar ketika gunung berapi meletus dan dapat mencapai jarak 10 km. Benda yang tertimpa bom gunung berapi ini dapat hancur dan terbakar, sering kali dapat menimbulkan kebakaran hutan jika bom gunung berapi ini jatuh di hutan.

3. Pasir. Pasir adalah lemparan material dari letusan gunung berapi yang lebih kecil dari bom gunung berapi. Ukurannya sekitar 3 mm dan dapat menghancurkan atap rumah karena ketika material ini turun seperti hujan sehingga atap rumah tidak mampu menahan beban dari pasir tersebut. Apabila jatuh di hutan, pasir ini juga dapat merusak dan merontokkan daun pepohonan.

4. Awan pijar. Awan pijar ini adalah suspensi dari material yang halus yang dihembuskan oleh letusan gunung berapi dan merupakan campuran dari gas dan materi halus. Pada letusan gunung Merapi, awan ini biasa disebut "Wedhus Gembel" dan dapat meluncur dan mencapai jarak 10 km.

5. Abu gunung berapi dan gas beracun. Abu merupakan lemparan material yang paling halus dari letusan gunung berapi dan pada umumnya suhunya tidak panas. Abu gunung berapi ini dapat terbang terbawa angin beberapa ratus kilo meter dari pusat letusan gunung dan dapat mengganggu penerbangan pesawat, juga berbahaya bagi pernafasan manusia. Sedangkan gas beracun dengan kadar yang terlampau tinggi yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi juga dapat mematikan mahluk hidup disekitar lereng gunung tersebut.

22 GUNUNG API DI INDONESIA YANG PERLU DIWASPADAI

Gempa dan letusan gunung sebenarnya tidak mempengaruhi aktivitas gunung api lainnya. Namun, ada 22 gunung api di Indonesia yang patut diwaspadai. adan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, hingga Minggu (31/10/2010) kemarin, 22 gunung api tersebut berstatus di atas normal. Semuanya masuk kategori gunung api tipe A yang berarti pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya satu kali sesudah tahun 1600.

Ke-22 gunung api itu normal dengan status waspada, siaga, dan awas. Status waspada berarti ada peningkatan aktivitas vulkanik dengan rekomendasi aktivitas manusia di kawasan rawan bencana (KRB) II dan KRB III wajib dibatasi.

Siaga berarti prediksi peningkatan aktivitas gunung api hingga letusan dengan rekomendasi tidak ada aktivitas di KRB II dan KRB III. Status awas berarti evakuasi pengungsi pada KRB II dan KRB III seperti terjadi di Gunung Merapi. Pihak yang mengeksekusi rekomendasi ini adalah pemerintah daerah setempat.

Kepala Badan Geologi ESDM Sukhyar menyebutkan sejumlah gunung api berstatus waspada di wilayah Sumatera adalah Gunung Seulewah Agam, Sinabung yang baru meletus, Talang, Kerinci, Kaba,dan Anak Krakatau.

Di wilayah Jawa, yakni Papandayan (Jawa Barat), Slamet (Jawa Tengah), Bromo (Jawa Timur), dan Semeru (Jawa Timur). Di wilayah Nusa Tenggara adalah Gunung Batur (Bali), Rinjani, Rokatenda, Egon, dan Sangeang Api. Sementara di Sulawesi adalah Gunung Lokon dan Soputan, serta di Maluku– Halmahera, yakni Gunung Dukono dan Gamalama.

Saat ini, ada dua gunung di wilayah Maluku-Halmahera dan Sulawesi Utara yang berstatus siaga atau satu tingkat di bawah Merapi.

Secara umum, ada 127 gunung api di Indonesia terdiri dari 77 tipe A, 30 tipe B, dan 21 tipe C. Gunung api tipe B berarti yang sesudah tahun 1.600 belum lagi mengalami erupsi magmatik, namun masih memperlihatkan gejala kegiatan seperti kegiatan solfatra.

Gunung api tipe C berarti yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia, namun masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatra/fumarola pada tingkat lemah.

Gunung api tipe A di Sumatera ada 13, Jawa 19, Bali–Nusa Tenggara 23 Sulawesi 11, dan Maluku 12 gunung api. Tipe B di Sumatera ada 11, Jawa 10, Bali–Nusa Tenggara 3, Sulawesi 3, dan Maluku 2. Sedangkan tipe C di Sumatera ada 6, Jawa 5, Bali–Nusa Tenggara 5, Sulawesi 5, dan Maluku tidak ada.

Gunung berapi menghasilkan berbagai macam bahaya alam yang dapat membunuh orang dan merusak properti. Sketsa yang disederhanakan ini menunjukkan khas gunung berapi yang ditemukan di Amerika Serikat Barat dan Alaska, tapi banyak dari bahaya ini juga menimbulkan risiko pada gunung berapi lainnya, seperti yang di Hawaii. Beberapa bahaya, seperti lahar dan tanah longsor, dapat terjadi bahkan ketika gunung berapi tidak meletus. (Bahaya dan istilah dalam diagram ini yang disorot dalam huruf tebal di mana mereka dibahas dalam teks di bawah ini.)

Kolom Letusan dan Awan Letusan

Sebuah ledakan letusan eksplosif fragmen batuan padat dan cair (tephra) dan gas vulkanik ke udara dengan kekuatan yang luar biasa. Fragmen batuan terbesar (bom) biasanya jatuh kembali ke tanah dalam jarak 2 mil dari kawah. Fragmen kecil (bediameter kurang dari sekitar 0,1 inci) dari gelas vulkanik, mineral, dan batu (abu) naik tinggi ke udara, membentuk kolom letusan besar.


Kolom Letusan dapat berkembang pesat dan mencapai lebih dari 12 mil di atas gunung berapi dalam waktu kurang dari 30 menit, membentuk awan letusan. Abu vulkanik di awan dapat menimbulkan bahaya serius bagi penerbangan. Selama 15 tahun terakhir, sekitar 80 jet komersial telah rusak karena tidak sengaja terbang ke dalam awan abu, dan beberapa hampir jatuh karena kegagalan mesin. Awan letusan besar dapat mencapai ratusan mil mengikuti arah angin, sehingga menghasilkan hujan abu di atas daerah yang luas, angin membawa abu terkecil partikel paling jauh. Abu dari letusan Gunung St Helens, Washington pada 18 Mei 1980, , jatuh di atas lahan seluas 22.000 mil persegi di Amerika Serikat Barat. Hujan abu berat dapat merobohkan bangunan, dan sedangkan abu kecil dapat merusak tanaman, elektronik, dan mesin.

Gas Vulkanik

Gunung berapi mengeluarkan gas selama letusan. Bahkan ketika sebuah gunung berapi tidak meletus, retak di dalam tanah memungkinkan gas untuk mencapai permukaan melalui lubang kecil yang disebut fumarol. Lebih dari 90% dari semua gas yang dipancarkan oleh gunung berapi adalah air uap (uap), yang sebagian besar adalah air tanah dipanaskan (air bawah tanah dari curah hujan dan sungai). Gas vulkanik lain yang umum adalah karbon dioksida, sulfur dioksida, hidrogen sulfida, hidrogen, dan fluor. Gas Sulfur dioksida dapat bereaksi dengan tetesan air di atmosfer yang membuat hujan asam, yang menyebabkan korosi dan merugikan vegetasi. Karbon dioksida lebih berat daripada udara dan dapat terjebak di daerah yang rendah dalam konsentrasi yang mematikan bagi manusia dan hewan. Fluorin, dalam konsentrasi yang tinggi adalah beracun, bisa teradsorbsi ke partikel abu vulkanik yang kemudian jatuh ke tanah. Fluor di partikel dapat meracuni penggembalaan ternak pada rumput yang dilapisi abu dan juga mencemari persediaan air domestik.

Bencana letusan, seperti letusan Gunung Pinatubo (Filipina), 15 Juni 1991, menyuntikkan sejumlah besar gas belerang dioksida ke stratosfer, ketika bergabung dengan air untuk membentuk aerosol (kabut) dari sulfat asam. Dengan memantulkan radiasi matahari, seperti aerosol dapat menurunkan temperatur rata-rata permukaan bumi untuk waktu yang lama beberapa derajat Fahrenheit (˚ F). Aerosol asam sulfat ini juga berkontribusi terhadap kerusakan lapisan ozon oleh pengubahan senyawa klor dan nitrogen di bagian atas atmosfer

Aliran Lava dan Kubah Lava

Batu cair (magma) yang mengalir atau merembes ke permukaan bumi disebut lava dan
bentuk aliran lava. Semakin tinggi lava mengandung silika (silikon dioksida, SiO2), kurang mudah mengalir. Misalnya, lava basal silika rendah dapat bergerak cepat (10 sampai 30 mil per jam) mengalir atau dapat tersebar luas sebanyak tersebar luas dalam lembaran tipis selebar beberapa mil.


Sejak 1983, Kilauea Volcano di Pulau Hawaii telah meletuskan aliran lava basal yang menghancurkan hampir 200 rumah dan memotong dekat jalan raya pantai.
Sebaliknya, aliran lava andesit dan dasit yang lebih tinggi silika cenderung tebal dan lamban, hanya mencapai jarak pendek dari sebuah kawah. Lava dasit dan riolit sering keluar dari sebuah lubang untuk membentuk gundukan yang tidak teratur disebut kubah lava. Antara tahun 1980, dan 1986 sebuah kubah lava dasit di Gunung St Helens tumbuh menjadi sekitar 1.000 feet tinggi dan diameter 3.500 kaki.

Aliran Piroklastik

Longsoran kecepatan tinggi abu panas, fragmen batuan, dan gas dapat bergerak menuruni sisi gunung berapi selama letusan ledakan atau ketika sisi curam dari kubah lava tumbuh runtuh dan terpisah. Aliran piroklastik ini dapat sepanas 1.500 ˚ F dan bergerak dengan kecepatan 100 sampai 150 mil per jam. Aliran tersebut cenderung mengikuti lembah dan mampu merobohkan dan membakar segala sesuatu di jalannya. Aliran piroklastik densitas rendah, yang disebut gelombang piroklastik, dapat dengan mudah melampui pegunungan yang ratusan meter tingginya.

Klimaks letusan Gunung St Helens pada tanggal 18 Mei 1980, menghasilkan serangkaian ledakan yang membentuk gelombang piroklastik besar. Ini disebut “ledakan lateral” yang menghancurkan area seluas 230 mil persegi. Pohon berdiameter 6 kaki dipangkas turun seperti pisau rumput sejauh 15 mil dari gunung berapi.

Tanah Longsor Gunung Api

Tanah longsor atau debris avalanche adalah pergerakan menurun yang cepat dari material batuan, salju, dan (atau) es. Longsor gunung api berukuran dari gerakan kecil dari puing-puing lepas pada permukaan gunung berapi sampai runtuh besar-besaran dari seluruh puncak atau sisi gunung berapi. Gunung berapi yang curam rentan terhadap tanah longsor karena dibangun sebagian dari lapisan fragmen batuan vulkanik lepas. Beberapa batuan di gunung berapi juga telah diubah menjadi lembut, mineral lempung yang licin oleh sirkulasi panas, asam air tanah. Tanah longsor di lereng gunung berapi dipicu ketika letusan, hujan deras, atau gempa bumi besar menyebabkan materal-material ini bebas dan bergerak turun. Setidaknya lima longsor besar telah menyapu ke bawah lereng Gunung Rainier, Washington, selama 6.000 tahun terakhir. Tanah longsor terbesar gunung berapi dalam waktu sejarah terjadi pada awal 18 Mei 1980, letusan Gunung St Helens.

Lahar
Aliran Lumpur atau puing-puing yang sebagian besar terdiri dari material vulkanik di sisi-sisi gunung berapi disebut lahar. Aliran dari lumpur, batu, dan air dapat bergegas turun lembah dan saluran aliran dengan kecepatan 20 sampai 40 mil per jam dan dapat mencapai jarak lebih dari 50 mil. Beberapa lahar mengandung begitu banyak puing-puing batu (60 sampai 90% berat) bahwa mereka terlihat seperti sungai yang bergerak cepat dari beton basah. Dekat dengan sumbernya, arus ini cukup kuat untuk merobek dan membawa pohon, rumah, dan batu-batu besar beberapa mil ke hilir. Lebih jauh ke hilir lahar mengubur semua di jalurnya kedalam lumpur.

Secara historis, lahar telah menjadi salah satu bahaya gunung berapi paling mematikan. Itu dapat terjadi baik selama letusan gunung berapi dan ketika tenang. Air yang menciptakan lahar bisa berasal dari salju dan es mencair (terutama air dari gletser mencair oleh aliran piroklastik atau gelombang), curah hujan intens, atau keluar dari danau kawah puncak. Lahar yang besar berpotensi membahayakan masyarakat banyak hilir dari gunung berapi seperti Mount Rainier.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar