Sabtu, 28 Agustus 2010

SEJARAH SINGKAT KERAJAAN BANAWA

Kerajaan Banawa didirikan oleh Sawerigading dengan puteranya bernama La Galigo. Dengan perahu layar yang ramping bernama Banawa, mereka mengarungi lautan sampai ke pesisir barat Sulawesi Tengah dan berlabuh di sebuah pantai kira-kira 7 km dari kota Donggala sekarang. Pantai tersebut dinamakan Langga Lopi dan daerah disekitarnya disebut Banawa. Di daerah ini La Galigo menikah dengan puteri Kaili dari Kerajaan Pudjananti bernama Daeng Malino Karaeng Tompo Ri Pudjananti sebagai isteri keempatnya. Dari pernikahan tersebut melahirkan dua orang anak, yang putra bernama Lamakarumpa Daeng Pabetta La Mapangandro (Pergi menantang kemudian menang akhirnya semua menyembah kepadanya) sedangkan yang puteri diberi nama Wettoi Tungki Daeng Tarenreng Masagalae Ri Pudjananti (bintang tunggal yang semua orang menjadi pengikutnya).

Oleh kakek dan ayahnya, La Mapangandro dinikahkan dengan cucu Arung Mangkane Ri Bone. Dari pernikahan tersebut, maka didirikanlah sebuah kerajaan bernama Banawa beribukota di Pudjananti yang jauhnya sekitar 5 km dari Kota Donggala sekarang. Pada saat itu Kerajaan Banawa memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Pelabuhan Donggala

- Sebelah Barat berbatasan dengan Dataran Luas atau Lappaloang

- Sebelah Timur berbatasan dengan Pegunungan Kabonga dan Loli

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Limbabo dan Tovale

Tetapi pada zaman pemerintahan Raja Banawa VII La Sa Banawa dan Raja Banawa IX La Marauna, Kerajaan Banawa yang merupakan kerajaan lokal memiliki luas wilayah sekitar 460.000 Ha terbagi atas tiga bagian sebagai berikut :

- Banawa Selatan : dari Loli Watusampu sampai Surumana berbatasan dengan Mamuju

- Banawa tengah : dari Pantoloan sampai Sindue

- Banawa Utara : dari Balaesang sampai Dampelas Sojol termasuk Pulau Pasoso, Pangalasing, Tingoan danMapute.

Sejak pemerintahan Raja Banawa VII La Makagili, Kerajaan Banawa yang berpusat di Pudjananti tepat pada Tanggal 23 Juli 1893 dipindahkan ke Donggala. Sejak itu, Donggala menjadi ibukota Kerajaan Banawa sampai pada akhir pemerintahan Raja Banawa XII Andi Parenrengi atau La Parenrengi. Sejalan dengan dihapusnya daerah-daerah Swapraja di seluruh Indonesia, sekarang Banawa hanyalah sebuah kecamatan dari ibukota Kabupaten Donggala.

Berikut ini silsilah singkat Raja-raja Banawa :


1. Raja Banawa I

Bernama I Badantasa, anak ke tujuh (Putri Bungsu) dari perkawinan Puteri Peambuni dengan Petta Manurung. Menikah dengan La Mapangandro (Putera dari La Galigo) dan memiliki dua orang puteri yaitu : I Tasa Banawa (menjadi Raja Banawa II) dan Genonggati (diangkat menjadi Magau Kayunggahui)

2. Raja Banawa II (1552 – 1557)

Bernama I Tasa Banawa, mengembangkan kekuasaan kerajaan ke daerah sekitarnya dan membentuk dewan Hadat Pittunggota. Menikah dengan Magau Lando Dolo dan mempunyai dua orang puteri yaitu : Puteri Kotambulava yang lahir bersama seekor ular diberi nama Siri Banawa yang kemudian dihanyutkan ke Uwe Makuni. Kotambulava kemudian menjadi Madika Banawa menikah dengan Sawalambara mempunyai anak bernama Intoraya (menjadi Raja Banawa III). Sementara itu, puteri kedua I Tasa Banawa bernama Puteri Taranggita yang diangkat menjadi Madika Malolo Banawa dan menikah dengan Madika Matua Bale.

3. Raja Banawa III (1650 – 1698)

Bernama Intoraya yaitu cucu dari Raja Banawa II. Merupakan raja yang pertama memeluk agama Islam di Kerajaan Banawa yaitu pada tahun 1652. Menikah dengan La Masanreseng, Arung dari Cendana Mandar dan mempunyai empat orang anak yaitu : La Bugia (diangkat menjadi Raja Banawa IV), La Lotako, Puteri Nanggiwa dan Puteri Nanggiana.

4. Raja Banawa IV (1698 – 1758)

Bernama La Bugia, laki-laki pertama yang memerintah Kerajaan Banawa. Menikah dengan sepupu sekalinya Kotambulava yang dikaruniai dua orang anak yaitu : Puteri Isa Bida (Raja Banawa V) dan La Sauju. La Sauju kemudian menikah dengan To Nagaya Madika Tavaili yang menurunkan keturunan sampai pada generasi Lamakampali.

5. Raja Banawa V (1758 – 1800)

Bernama Isa Bida, raja wanita yang pemberani dan sakti. Menikah dengan Madika Matua Banawa dan memperoleh empat orang anak yaitu : La Bunia, Kalaya, Lauju dan Puteri Sandudogie (diangkat menjadi Raja Banawa VI)

6. Raja Banawa VI (1800 – 1845)

Bernama Puteri Sandudogie, raja wanita terakhir yang memegang tampuk pimpinan. Menikah dengan Magau Lando Dolo dan memperoleh seorang putera bernama La Sa Banawa (diangkat menjadi Raja Banawa VII)

7. Raja Banawa VII (1845 – 1889)

Bernama La Sa Banawa (bergelar “Mpue Mputi”) menikah dengan I Palusia dan dikaruniai dua orang putera yaitu : I Tolare menikah dengan Hanani Kabonga mempunyai anak bernama La Gaga (menjadi Raja Banawa X) dan La Marauna (diangkat mnejadi Raja Banawa IX)

8. Raja Banawa VIII (1889 – 1903)

Bernama La makagili, terkenal sebagai yang paling berani dan gigih melawan pemerintah Belanda. Keturunan-keturunan raja La Makagili pada umumnya masih banyak menetap di Pantoloan.

9. Raja Banawa IX (1903 – 1926)

Bernama La Marauna (bergelar “Mpue Totua”). Diangkat menjadi Magau Tavaili pada tahun 1900 – 1905. Raja pemberani dan bijaksana yang disegani oleh Pemerintah Belanda.

10. Raja Banawa X (1926 – 1932)

Bernama La Gaga putera dari I Tolare (kakak Raja La Marauna) dilantik oleh Dewan Hadat Pitunggota.

11. Raja Banawa XI (1932 – 1947)

Bernama La Ruhana putera keempat dari raja La Marauna.

12. Raja Banawa XII (1947 – 1959)

Bernama La Parenrengi, putera bungsu Raja La Marauna menikah dengan Hajja Sania Tombolotutu. La Parenrengi adalah Ketua PNI Pertama di Sulawesi Tengah sekaligus menjadi raja terakhir pada mas Kerajaan Banawa, ia meninggal di Palu pada tahun 1986.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar